Tuesday, January 18, 2005

Kongres Kesenian Jepara, Kapan?

SEBELUM nyala lilin dan lonceng Natal, sebelum gempa gelombang tsunami menyeret Aceh ke lautan pilu, dan sebelum terompet kesedihan menyapa Tahun Baru, Lakon ''Waktu Batu # 3'' dari Teater Garasi Yogya digelar di Jepara. Panitia pementasan KSSJ (Kelompok Studi Sastra Jepara atau Komunitas Suku Siapa Jepara) dan didukung Pemda Jepara.


Pementasan teater sekelas Garasi (telah pentas di Singapura) bagi apresian Jepara adalah bukan tontonan biasa. Sebab, kata pengamat teater Triyanto Triwikromo, Semarang saja belum mengundang Garasi, tetapi Jepara telah berani mengusungnya. Garasi telah menampilkan kolaborasi artistik: musik-rupa-tari-warna, dipandu multimedia sehingga mencipta ''sihir'' pertunjukan yang nikmat ditonton.


Ada hal-hal yang perlu diapresiasi dari pementasan tersebut. Pementasan itu telah membiaskan multitafsir di kalangan seniman Jepara ataupun para pejabat. Salah satunya tafsir penulis yang jauh dari benar. Mungkin pihak Pemda ingin menyapa, ''Apa kabar seniman Jepara?'', atau ingin melehke kepada seniman Jepara (lebih khusus seniman teater?). Hai, seniman-seniman Jepara, mana karya-karya kalian yang spektakuler, sehingga menjadi karya yang diperbincangkan berbagai kalangan?


Benar, kalau mebel ukir Jepara sudah menjelajah dunia, juga karya Kartini dan heroisme Kalinyamat. Selain itu?


Penulis prihatin melihat realitas kreativitas seniman Jepara (terutama seniman muda usia/karya), sedangkan kondisi DKDJ (Dewan Kesenian Daerah Jepara) selama ini geliatnya tumpang-tindih. Padahal Pemda Jepara telah memfasilitasi gedung kesenian, meskipun kurang representatif sebagai gedung pertunjukan.


Para seniman muda terus mencari jati diri, berproses tak kenal henti? Gelisah kreatif terus menjadi-jadi. Ada yang bikin pementasan teater yang sulit dipahami. Ada yang bikin film indie. Ada yang bikin musik puisi. Ada patung yang merenung. Ada yang terus menulis cerpen dan puisi tak selesai-selesai. Ada fotografer yang belum punya kamera, dan mungkin masih banyak lagi masalah yang belum terdata.


Geliat seniman tersebut bagai mozaik yang belum tersusun artistis, eksotis. Sudah waktunya semua bekerja mencipta karya seni yang nikmat dirasai, dan tidak gagap memasuki ''pasar'' seni internasional yang fenomenal.


Sekaranglah kita mesti berbenah. Jepara bukan sekadar persinggahan komunitas kesenian dari berbagai daerah lain yang menggelar karya, tetapi Jepara sendiri harus berjuang menghadapi pertempuan seni dunia sehingga tercipta karya-karya fenomenal yang mendunia?


Utopia? Ah, yang utama adalah kerja. Kerja! Kerja! Hidup adalah kerja. Lalu penulis pun bertanya, ''Mana hasil kerjamu?'' (pada diri sendiri).


Lalu untuk selaksa langkah ke depan, perlu dimulai selangkah sekarang. Menurut penulis, apabila DKDJ berjalan dengan harmoni simponi kebersamaan, saling isi dan mengingatkan meskipun dari berbagai penjuru mata angin, sungguh, atmosfer kesenian di Jepara akan terasa nyaman dan menyenangkan.


Apalagi didukung objek-objek wisata di Jepara yang menjanjikan. Kura-kura raksasa di Pantai Kartini, Pantai Perak Bandengan, Benteng Portugis, masjid keramat Mantingan, Eksotisme Karimunjawa, dan masih ada tempat-tempat lain yang perlu sentuhan artistik.


Pembenahan DKDJ (Dewan Kesenian Daerah Jepara)


Kepengurusan DKDJ selama ini bagaimana? Bagaimana dengan kreativitas pengelolaannya? Penulis bukan mencari kambing hitam, apalagi harus menyalahkan pengurus. Konon kepengurusan yang lalu berakhir September 2004. Namun sampai kini belum ada musyawarah daerah (musda) ataupun reformasi kepengurusan (ataukah penulis yang cubluk! Tak tahu informasi).


Saatnya sekarang mengefektifkan kepengurusan DKDJ. Memang dibutuhkan ketua dan punggawanya yang bertangan dingin (berdarah dingin?) untuk mengurus seniman yang telanjur diberi label oleh masyarakat sebagai ''makhluk norak''.


Pengurus yang akan datang, mesti paham, apa dan bagaimana menghadapi pertempuran seni. Butuh pengurus seni/pemimpin yang paham seni (tidak harus seniman) sehingga pendakian-pendakian estetis berbagai disiplin seni akan tercapai maksimal.


Butuh pemimpin kesenian yang punya tsunami imajinatif kreatif sehingga pertempuran artistik, strategi distribusi komoditas seni, memahami romantika problematik artistik liar para seniman.


Ke depan, akan lahir Kartini-kartini baru.


Ke depan, akan lahir Ki Sungging-sungging baru.


Ke depan, akan lahir Alex Komang, Jamal Mirdad (sekadar menyebut nama) lain.


Bukankah itu semua butuh kerja keras tak kenal henti?


Apakah berkesenian itu harus menunggu perut kenyang dahulu?


Masih banyak pertanyaan yang butuh penyelesaian lewat kerja, bukan kata-kata. Sebaiknya yang mendesak kini adalah diselenggarakannya Kongres Kesenian Jepara. Kemudian seniman Jepara merapatkan barisan demi hari depan, lewat karya-karya untuk meningkatkan kualitas apresiasi masyarakat.


Mari berlomba-lomba dalam karya, Bung! Kongres Kesenian Jepara, Kapan? (90n)


- Alie Emje, Ketua KSSJ (Kelompok Studi Sastra Jepara atau Komunitas Suku Siapa Jepara).

Tuesday, April 6, 2004

Muncul Dana Purnabakti Terselubung

JEPARA (Suara Merdeka)- Diduga ada dana purnabakti bagi anggota DPRD Jepara periode 1999-2004 yang muncul secara terselubung. Sebab dalam pos anggaran tidak disebutkan secara jelas mengenai anggaran tersebut. Namun melihat kejanggalan beberapa pos tertentu, diduga kuat ada dana dari APBD untuk pesangon Dewan.


Karena itu, Forum Lintas Pelaku (FLP) Kabupaten Jepara mendesak DPRD bersikap terbuka. Jika memunculkan dana tersebut, harus berani mengakui.


"Berdasarkan kajian kami terhadap APBD Jepara Tahun 2004, disinyalir ada pos-pos tertentu Dewan yang dipandang mengabaikan transparansi dan akuntabilitas. Maka peluang terjadinya penyelewengan perlu mendapatkan perhatian serius dari semua pihak," kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) FLP Muhammad Rubhan ST dan Bagian Litbang Alamsyah SS MHum, kemarin.


FLP menyinyalir, ada ambivalensi dalam kebijakan Dewan berkaitan dengan ada atau tidaknya dana purnabakti yang perlu dibuktikan.


Hal itu didasarkan pada ketidakrasionalan pos-pos tertentu yang menimbulkan kecurigaan.


"Sangat tidak logis dana cukup besar dimunculkan dalam APBD saat mereka menjelang purnabakti. Apalagi sekarang ini sebagian besar anggota Dewan sibuk berkampanye, sehingga tidak secara efektif dapat mengemban tugas-tugas legislatif."


Warga Jepara diingatkan agar terketuk hati, dan dapat menilai apakah sikap anggota Dewan yang menghamburkan anggaran layak dipilih kembali atau tidak.


Dia mengatakan, pada pelaksanaan Pemilu 2004 ini diharapkan dapat menghasilkan anggota legislatif yang reformis.


Dengan demikian dapat membawa perubahan sistem yang lebih baik dan berpihak pada rakyat.


Warga juga dimintai ikut memantau perilaku dan gaya kehidupan anggota Dewan.


Kepada BPKP dan KP2KKN Jawa Tengah, juga diminta ikut turun mengawasi dan melakukan penilaian apakah kekayaan anggota Dewan saat ini rasional dibandingkan dengan kekayaan mereka saat awal menjabat.


Agar aspirasi diperhatikan, FLP mengirimkan surat desakan kepada Ketua DPRD dengan tembusan yang dikirim kepada Bupati, BPKP, KP2KKN Jateng, dan ormas.


Tak ada


Ketua DPRD Kabupaten Jepara H Masykuri Rosyid dengan tegas membantah munculnya dana purnabakti.


"Tidak ada dana purnabakti, baik terbuka maupun terselubung. Boleh dicek semua anggaran yang ada. Memang semua untuk kegiatan Dewan, dan sebagian sudah terlaksana. Misal kunjungan kerja ke luar daerah dan lain-lain," ujar Masykuri.


Dia menuturkan, anggota Dewan yang berakhir masa tugas akan mendapatkan uang asuransi purnabakti yang dibayarkan dari potongan gaji setiap bulan Rp 90.000 lebih.


Tentang permintaan dari FLP untuk berdialog, Masykuri mengakui saat ini belum bisa.


Pasalnya, sebagian besar anggota DPRD terlibat dalam kegiatan pemilu legislatif.


"Kami siap berdialog, setelah pelaksanan pencoblosan," kata Masykuri Rosyid, yang juga Ketua DPC PPP Kabupaten Jepara. (kar-85s)

Sunday, April 4, 2004

PT PAL mengirim kapal ke Jepara

berita dari Jakarta Post 04-MAR-04


SURABAYA: PT PAL Indonesia mengirimkan kapal penumpang ke kabupaten Jepara Jawa Tengah pada acara ceremoni yang dihadiri oleh Gubernur Mardiono dan presiden pembuat kapal ,Adwin Suryohadiprojo. Kapal, Kartini I, akan digunakan pihak kabupaten untuk penumpang jurusan Jepara dan pulau Karimunjawa. Pulau Karimunjawa diharapkan menjadi penggerak wisata laut, yang terkenal dengan batu karangnya.


Kapal ini diharapkan menggerakan ekonomi dengan transportasi orang dan barang dalam kabupaten ini" Kata Adwin


The aluminum-bodied ship, which can reach a maximum speed of 24 knots, was initially designed to hold 160 passengers. PAL, however, modified the ship to hold 168 passengers -- 48 VIP-class passengers and 120 economy-class passengers -- without sacrificing the comfort of air- conditioned passenger cabins.


PAL earlier built two passenger ships -- with capacities of 500 and 200 passengers -- for Merauke regency in Papua, as well as a total of 14 cargo ships since 1988 Copyright 2004 JAKARTA POST all rights reserved as distributed by WorldSources, Inc.

Friday, April 11, 2003

Ruh Kalinyamat Warisan bagi Jepara

Suara Merdeka 11 April 2003- Semalam di Pendapa Kabupaten dilangsungkan syukuran memperingati Hari Jadi Ke-454 Kota Jepara. Kota Ukir tersebut tak bisa dilepaskan dari kisah perempuan penguasa Ratu Kalinyamat. Karena itu, tak berlebihan bila Rabu lalu dilakukan pergantian luwur (kain tirai makam) makam Ratu Kalinyamat dan suaminya, Sultan Hadlirin, di kompleks Makam Mantingan, Kecamatan Tahunan oleh Bupati Drs H Hendro Martojo MM.


Penggantian luwur diawali dengan diserahkannya luwur yang baru dari Camat Tahunan Drs Dwi Riyanto kepada bupati. Kemudian rombongan menempuh perjalanan dari Pendapa Kabupaten ke Makam Mantingan sejauh sekitar 4 km dengan naik dokar. Termasuk Ratu Kalinyamat yang diperankan Nanda, siswa kelas 1 SMU 2 Jepara dan Sultan Hadlirin (Yuda Setyawan, Satpol PP).


Hari Jadi Jepara diambil dari momentum penobatan Retno Kencono, suami Sultan Hadlirin, yang kemudian berjuluk Ratu Kalinyamat pada tanggal 12 Rabiul Awal dengan Surya Sengkala Trus Karya Tataning Bumi. Setelah dikonversi dalam penanggalan Masehi, menjadi 10 April 1549.


Berkat kepemimpinan Ratu Kalinyamat, dalam waktu singkat Jepara berkembang bukan saja sebagai Kota Bandar terbesar di pesisir utara Jawa, tetapi juga memiliki armada perang yang kuat. Penulis berkebangsaan Portugis, Diego De Conto, menggambarkan Ratu Kalinyamat sebagai Rainha de Jepara Senhora Pederosa e Rica, yakni Ratu Jepara, seorang wanita yang sangat berkuasa.


''Semangat seperti inilah yang mesti terus kita gali dan kembangkan sesuai dengan konteks zaman yang berjalan,'' kata Hendro Martojo.


Ia mengingatkan, peringatan hari jadi agar dijadikan sarana untuk mengevaluasi dan introspeksi perjalanan warga masyarakat Jepara selama ini. ''Mari, momentum hari jadi kita gunakan sebagai sarana untuk menggali lebih dalam lagi ruh semangat dan patriotisme yang telah ditunjukkan Nyai Ratu Kalinyamat,'' ajaknya. (yit-74)

Monday, February 17, 2003

Selayang Pandang Kabupaten Jepara

Kompas, 17/02/2003


NAMANYA tersohor sebagai teluk berpelabuhan indah. Penulis Suma Oriental yang singgah, Tom Pires, sempat memuji sebagai tempat labuh terbaik dari sekian banyak yang dikunjungi selama perjalanannya di abad ke-16. Penulis asal Portugis ini mengatakan, pelabuhan tersebut dalam keadaan paling baik dan setiap orang yang akan pergi ke Jawa dan Maluku akan mampir.
TAHUN 1726, seorang ahli sejarah, Domine Francois Valentijn menyimpulkan, Jepara merupakan pelabuhan bagi pedagang kecil di awal berdirinya. Dengan kondisi geografis di pesisir pantai, daerah ini sangat mungkin mengawali sejarahnya sebagai bandar perdagangan berskala kecil.

Sunday, November 17, 2002

Sri Agustini - Ingin Mengenalkan Tenun Ikat Troso

(Kompas 17 November 2002) ADA ketidakrelaan yang dirasakan Sri Agustini (46) terhadap kepopuleran tenun ikat pelangi. Sri senang tenun ikat pelangi dikenal banyak orang dan laris di pasaran domestik maupun internasional. Namun, banyak orang yang tidak tahu bahwa tenun ikat itu berasal dari Troso, Jepara, Jawa Tengah. Mereka lebih mengenalnya tenun ikat itu berasal dari Bali, atau Pekalongan, atau dari Yogyakarta.


Selama ini produksi kami 90 persen memang diborong pedagang dari Bali. Sedangkan sisanya dibeli pedagang dari Yogyakarta dan tempat-tempat lain. Akibatnya, tidak ada orang yang tahu kain tenun ikat pelangi berasal dari Troso, bukan dari Bali," kata Sri yang ditemui di sela-sela pameran kerajinan tangan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) di Jalan Majapahit, Jakarta Pusat, Rabu (13/11).


Bagi Sri kondisi itu sangat menyedihkan. Setiap kali ada orang menggunakan kain tenun itu dan ditanya apakah mereka tahu Desa Troso, mereka menjawab tidak tahu. "Akhirnya saya berpikir, mengapa saya tidak menjual saja sendiri. Tentunya dengan bendera Troso, bukan Bali atau Yogyakarta. Dengan begitu, nama desa itu juga terangkat," kata perempuan berdarah Sunda namun lahir di Jakarta itu.


Sri sendiri sangat peduli pada Desa Troso karena suaminya, Rofiq Djamil, berasal dari Desa Troso. Dan, pekerjaan menenun kain sudah dilakukan Rofiq secara turun-temurun. "Hampir seluruh pekerjaan warga Desa Troso adalah menenun kain, dan itu sudah dilakukan sejak nenek moyang mereka. Saya memang bukan asli orang Troso, tetapi keluarga besar suami saya masih di sana dan masih menenun kain. Jadi saya ikut kecewa dengan kenyataan itu," aku Sri.


Sejak itu, Sri memutuskan keluar dari pekerjaan dia sebagai jasa pemasaran di sebuah perusahaan jasa desain interior. Sri ingin terjun 100 persen mempromosikan kain tenun Troso, tidak hanya di dalam tetapi juga ke luar negeri. "Suami tugasnya memproduksi kain, sedangkan saya yang membuat dan mencari desain, kemudian menjualnya. Kebetulan bakat dagang saya cukup besar," ujar Sri yang sudah sejak duduk di bangku kuliah rajin membawa barang dagangan ke ruang kelas.


***


TAHUN 1980 Sri keluar dari pekerjaan dan memulai menawarkan kain pelangi made in Troso kepada kenalan-kenalannya. Sambutan pasar cukup baik, hingga akhirnya Sri memutuskan membuka toko di Pasar Tanah Abang pada tahun 1985. Di sana Sri tidak hanya menjual tenun ikat Troso, tetapi juga kain-kain tenun dari daerah lain. Sri juga mulai membuat kemeja pria dari bahan kain tenun. "Diversifikasi itu membuat usaha saya lebih besar. Saya juga beberapa kali dipercaya oleh desainer almarhum Prajudi untuk membuatkan kemeja tenun ikat," kata Sri.


Pasar yang semakin besar dan mendapat kepercayaan dari almarhum Prajudi membuat Sri semakin percaya diri. Dia lalu mulai membuka beberapa gerai tenun ikat di mal-mal yang tersebar di seluruh Jabotabek. Sri juga rajin mengikuti bazar yang selalu diselenggarakan di berbagai tempat. Pada saat yang sama, Sri juga ditawari ikut pameran di Singapura. "Saya lupa tahunnya, sekitar tahun 1986-an. Pameran itulah yang membuka jalan saya untuk pasar internasional," kata Sri yang setiap bulan mengirim kain dan sofa ke Singapura dan Jepang. Sri juga punya beberapa langganan di Belanda.


Hampir setiap tahun Sri juga ikut pameran ke negara-negara lain sehingga pasarnya bertambah luas. Setiap kali pameran yang biasanya berlangsung minimal selama satu minggu, Sri berusaha menyewa apartemen. "Daripada tidur di hotel, lebih baik di apartemen. Harganya jauh lebih murah dan bisa memasak sendiri. Bukannya pelit, tetapi memang harus hemat dalam pengeluaran," kata perempuan yang hobinya jalan-jalan ini.


Setiap kali pameran, Sri tidak hanya menjual kain tenun berupa lembaran kain saja. Dia juga menjual dalam bentuk gorden, tempat tidur-sofa, bantal, tudung saji, alas piring, taplak, selendang, dan bentuk-bentuk lain. Keberanekaragaman bentuk ini membuat banyak pembeli tertarik untuk membeli dan terus membeli.


***


BUKAN sukses namanya jika dicapai tidak dengan rintangan. Sri yang sudah bisa dibilang cukup mapan dengan penghasilan yang didapat dari kain tenun, ternyata juga harus melewati berbagai cobaan. "Tiga mobil saya terpaksa dijual setelah kerusuhan Mei 1998. Sekarang yang tersisa hanya satu mobil boks dan sepeda motor. Jadi, sekarang saya ke mana-mana dengan sepeda motor atau dengan kendaraan umum," kata Sri.


Sri yang sudah mempunyai delapan gerai dan penjualan tetap ke Singapura ini sempat mengalami kerugian lebih dari Rp 300 juta ketika kerusuhan Mei 1998, karena mal-mal di Jabotabek tempat gerainya berada dijarah massa. Sri stres berat. Dia lihat dengan mata kepala sendiri bagaimana api melahap mal Lippo Karawaci dan bagaimana barang-barangnya dijarah.


Gerai yang tersisa dan tidak sempat dijarah hanyalah di Mal Taman Anggrek dan Mal Citraland. "Pada waktu itu saya juga sedang pameran di beberapa mal. Dan barang-barang pameran itu juga ikut dijarah atau terbakar. Begitu stres-nya saya hingga perut saya sakit dan saya harus dirawat di rumah sakit untuk beberapa hari," kenang Sri.


Kejadian itu juga membuat Sri trauma untuk berusaha lagi di Jakarta. Setelah sembuh, Sri lalu memutuskan hijrah ke Batam dan memulai usaha kain di sana. Maksudnya, jika kerusuhan terjadi lagi, dengan mudah Sri bisa lari ke Singapura. Namun, ternyata tidak mudah membuka usaha di Batam karena infrastruktur belum selengkap di Jakarta. Tiga bulan Sri mencoba peruntungan di sana, namun akhirnya memutuskan kembali ke Jakarta. Jumlah mal di Batam yang tidak sebanyak di Jakarta dan selera masyarakat Batam yang agak berbeda dari masyarakat Jakarta, membuat usaha Sri tidak bisa berkembang pesat di Batam.


Selain itu, Sri juga sudah mulai bisa menerima peristiwa kerusuhan itu. Suami dan teman-teman membesarkan hati dia. Ibu Krisni MS dari YDBA membantu Sri berpromosi. Akhirnya Sri bisa menganggap kejadian itu adalah cara Tuhan mengingatkan Sri agar lebih bersyukur dan tidak sombong. "Baik keberhasilan ataupun kemalangan, kita harus selalu melihat ke atas dan ke bawah. Selalu saja ada orang yang lebih menderita atau lebih beruntung dari kita. Jadi kita harus selalu mawas diri," kata Sri.


Kemampuannya menerima kenyataan membuat Sri bergairah berusaha kembali. Usahanya semakin besar, bahkan pada saat perusahaan banyak memecat pegawai, Sri justru menambah pegawai. Sekarang Sri mempunyai 40 pegawai yang tersebar di Troso di Jawa Tengah, dan di Jabotabek ada di Cipinang, Pasar Minggu, dan Perumnas Karawaci. "Karyawan di Troso bertugas menenun kain, sedangkan yang di Jakarta menjahit kain menjadi berbagai macam barang," kata Sri mengakhiri percakapan. (ARN)

Saturday, October 19, 2002

Ari Lasso Pentas di Jepara

JEPARA- A Mild bekerja sama dengan Casero Entertainment akan menampilkan penyanyi pop rock Ari Lasso di Stadion Kamal Junaidi Jepara, Minggu (20/10) mulai pukul 15.00.


Rengganis selaku panitia mengemukakan, Ari Lasso dipilih untuk tampil dalam pentas kali ini lantaran vokalis jebolan Dewa tersebut memiliki penggemar yang relatif fanatik di Jepara. Penyanyi yang sudah menelurkan dua album solo itu diharapkan dapat memuaskan penonton Jepara dan sekitar.


"Untuk event musik dengan artis skala nasional, kami sengaja memilih Stadion Kamal Junaidi lantaran daya tampungnya relatif memadai untuk menghimpun penonton yang biasanya ribuan orang," ungkap Panut Margono, Area Coordinator PT HM Sampoerna Kudus.(D18-78j)